Edith Project

Pada tahun 1952, Aaron Stern membuktikan bahwa seseorang dapat menjadi seorang yag jenius jika ia diletakkan pada lingkungan yang benar. Ia membuktikan teori tersebut pada anaknya Edith Stern dan menyebutnya Edith Project. Aaron Stern ada seorang Yahudi yang selamat dari Perang Dunia kedua. Dia adalah seorang profesor dalam bidang bahasa (menguasai 7 bahasa). Aaron mengajar anak-anak pada pengungsian di hutan menggunakan poster-poster dan bahan ajar yang ada. Eksperimen yang ia terapkan pada anaknya, Edith Stern, adalah salah satu metode yang ia percayai dapat mengubah anak dari pedalaman sekalipun dapat menjadi seorang yang jenius, tentunya dengan metode pengajaran progresif tertentu. “I can foster the same meteoric IQ in the children of the Tasaday tribe, a Stone Age people living in the Philippines.” — Aaron Stern (1971), The Making of a Genius Aaron selalu mengajak Edith pergi ke museum pada akhir pekan dan mulai membahas mengenai segala sesuatu yang mereka lihat sejak mereka meninggalkan rumah hingga mereka kembali pulang ke rumah. Ia selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan meminta putrinya untuk melakukan penelitian. Edith bisa berkomunikasi dengan kartu flash (sebuah kartu kecil yang berisi informasi, diperuntukkan sebagai alat bantu belajar bagi siswa) pada usia sebelas bulan; dan bisa menggunakan kartu itu untuk mengatakan berapa umurnya. Pada usia satu tahun, dia bisa berbicara kalimat sederhana dan mengidentifikasi huruf pada kartu flash. Pada usia dua tahun, Edith mengenal keseluruhan alfabet. Pada usia 4.5 empat, dia membaca secara langsung satu volume Encyclopedia Britannica, dan pada usia 5 tahun telah membaca seluruh Encyclopedia Britannica. Aaron Stern mengajar putrinya dengan menggunakan poster, kartu flash, dan sempoa yang berwarna-warni – yang membuat matematika menjadi lebih konkret dan mudah dipahami dan mengatakan bahwa setiap saat adalah kesempatan belajar – bahkan berjalan ke toko kelontong. Pada tahun 1973, Aaron Stern, dalam bukunya The Making of a Genius, ia menjelaskan apa yang disebut “metode perendaman total dalam pendidikan”, yang merupakan istilah metode yang dia gunakan untuk membuat segala sesuatu dapat menarik minat anak-anak dan hal tersebut dapat menjadi sebuah kesempatan untuk mengembangkan pikiran mereka. Pada kesempatan paling awal, ia mulai menggunakan poster perjalanan, musik klasik, boneka etnik, penghitungan dan blok ejaan dan banyak hal lainnya untuk menarik perhatian putrinya Edith Ann Stern, yang saat baru berumur beberapa minggu. Dengan menggunakan ini, dia akan menjelaskan konsep kehidupan dengan sangat sederhana, mengajarkan etika dan welas asih untuk semua ras, matematika dasar, konsep fisika sederhana dan berbagai pengalaman yang dapat memperluas pikiranya. Ketika mereka akan pergi jalan-jalan, dia akan menjelaskan arti tanda-tanda yang berbeda, dan ketika mereka melewati lokasi konstruksi, dia akan menjelaskan konsep fisika sederhana seperti leverage, dan bagaimana hal itu digunakan di sana. . Ketika mereka melewati garis piket, dia akan menggunakan ini sebagai kesempatan untuk menjelaskan konsep hubungan kerja-manajemen. Segala sesuatu yang menarik perhatiannya digunakan sebagai kesempatan untuk lebih mendidiknya, dan memperluas pemahamannya tentang konsep dan bagaimana dunia kerjanya. Pada usia 5, tingkat kecerdasannya diuji dan IQnya mencapai 196 dan 205. Pada usia 16 ia diberi posisi Asisten Profesor Matematika Abstrak di Michigan State University. Kemudian dia bekerja untuk IBM sebagai konsultan komputer, dan akhirnya menjadi V.P. di Departemen Riset dan Pengembangan IBM. Pelajaran yang saya dapat pada Edith Project ini adalah setiap orang terlahir sebagai pribadi yang pintar. Ini hanya tentang bagaimana kita mengasahnya. Seperti kata pepatah tidak ada orang bodoh di dunia ini, yang ada hanya orang yang malas. Keahlian itu beragam, genius tidak hanya dalam bidang akademis, mungkin sebagian dari kita punya bakat luar biasa di bidang non akademis dan itu bisa digol.

Leave a comment